TASAWWUF IRFANI KONSEP DAN TOKOHNYA

TASAWWUF IRFANI KONSEP DAN TOKOHNYA

MAKALAH
Di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ahklak Tasawwuf yang diampu oleh Bapak Drs. Moch Cholid Wardi, M.H.I

Oleh :
          Faridatul Hasanah
          Sitti Lutfiyah Astutik
          Ulfa Sakiyah

          Dwi Rizky Imaniyah



PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN2017

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum, Wr. Wb.
           
            Bismillahirrohmanirrohiim.
Alhamdulillahi rabbil alamin.
Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Serta semoga shalawat dan salam  tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Penyakit hati dan obatnya”.
            Penyusun menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak akan terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1.      Moch. Cholid Wardi, M.H.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan dan koreksi sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan.
2.      Teman teman semua yang telah memberikan motivasinya serta semua pihak yg telah membantu terselesainya penyusunan makalah ini. 

Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena keterbatasan kemampuanyang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mohon kritik dan sarannya. Demikian,  Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amiin. Yaa robbal’aalamiin.
Wassalamu’alaikum, wr. wb.
Pamekasan, 20  September 2017



Kelompok 1





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR............................................................................................ 
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a)      Latar belakang masalah.................................................................................. 1
b)      Rumusan masalah........................................................................................... 1
c)      Tujuan............................................................................................................ 2
d)     Manfaat ......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A.    Pengertian penyakit hati................................................................................. 3
B.     Macam macam penyakit hati.......................................................................... 3
C.     Obat obat penyakit hati……………………………………………………...6
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan………………………………………………………………….8
B.     Saran………………………………………………………………………...8 
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………..9


BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang
Tasawuf merupakan salah satu khazanah dalam islam yang datang dalam kemudian. Keberadaannya memiliki epistimologi tersendiri dibanding keilmuan lain semisal fiqih dan kalam. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendekatkan dirikepada Allah swt. Dengan serangkain perbuatan tertentu yang dapat dicapai oleh seseorang jika melaluinya.
Sebagai sebuah ajaran tasawuf muncul pada zaman rasulullah saw.sebab misi kerasulannya meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan (aqidah), ibadah dan akhlak. Akhlak sebagian ajaran rasulullah saw. Ditanamkan kepada seluruh sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan contoh dari beliau. Ajaran akhlak itulah yang nantinya yang akan menjadi ajaran-ajaran tasawuf yang diamalkan oleh kaum muslis khususnya kaum sufi. Dari ayat-ayat alqur’an itulah rasulullah mengajarkan tasawuf kepada umatnya sebagai  penjelasan ayat-ayat alqu’an itulah rasullullah mengajarkan tasawuf pada umatnya. Sebagai penjelasan ayat-ayat alqur’an itulah beliau menuntun akhlak para sahabatnya baik dengsn perkataan, maupun perbuatan beliau. Kemudian pada masa sahabat semua perilaku para sahabat merupakan para kelanjutan dan upaya mencontoh perilaku dan kepribadian rasullullah saw.
B.  Rumusan Masalah
1.    Apa pengertian tasawuf  irfani ?
2.    Siapa tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani ?
C.  Tujuan  
1.    Mengetahui pengertian tasawuf irfan
2.    Mengetahui tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfan



BAB II
PEMBAHASAN
A.  Pengertian Tasawwuf  Irfani 
Tasawwuf  irfani adalah tasawwuf yang berusaha menyingkapi hakikat kebenaran atau makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui logika atau pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah). Ilmu itu diperoleh karena seorang sufi berupaya melakukan tafsiat al-Qolb. Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batin dengan tuhan. Sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah kedalam hatinya, hakikat kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Murtadha Mutahahhri berpendapat bahwa irfan sebagai ilmu memiliki dua aspek: praktis dan teoritis. Aspek praktis ‘irfani adalah bagian yang menjelaskan hubungan dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Irfan praktis juga disebut as-Sair wa as-Suluk. Bagian ini menjelaskan bagaimana seorang salik mengawali perjalanan, menempuh maqamat secara sistematis, dan keadaan jiwa yang akan dialami sepanjang perjalanannya tersebut. Untuk tujuan perjalanan ini, menurut mutahahhri, sangatlah penting dibawah bimbingan guru yang benar-benar telah mengalami sendiri perjalanan ini dan sangat mengetahui prosedur setiap tahap tanpa bimbingan seorang mursyid.
Sedangkan irfan teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud secara ontologis. Mendiskusikan manusia, Tuhan alam semesta. Dengan demikian irfan ini yang juga memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, ‘irfan juga mendefinisikan berbagai prinsip dan problemannya. Dalam pandangan seorang arif kesempurnaan manusia tidaklah terletak pada gambaran mental yang utuh tentang alam semesta, tetapi terletak pada kemampuan untuk kembali kepada sumber segala sesuatu, kemampuan untuk mengatasi jarak antara dirinya dengan Zat Tuhan, dan dalam dekapannya untuk meleburkan diri hingga ia menjadi abadi dalam ketakterhinggaaan-Nya.
Tokoh yang mengembangkan tasawwuf ‘irfani yaitu: Rabi’ah al-Adawiyah (96 H.-185 H.), Dzunnun al-Misri (180 H.-246 H.), Junaid al-Bagdadi (W. 297 H.), Abu Yazid al-Bustami (200 H.-261 H.), Jalaluddin Rumi, Ibn ‘Arabi, Abu Bakar As-Syibli, Syekh Abu Hasan al-Khurqain, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Abu Aadul Rahman Al-Sulami, Syekh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.[1]
Berikut ini penjelasan masing-masing bagian dari metode irfani:
1.             Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri agar tidak melakukan perihal yang mengotori jiwanya. Suatu pembiasaan itu dilakukan terus-menerus secara rutin sehingga seseorang benar-benar terlatih, khususnya dalam menahan diri agar jauh dari berbuat maksiat atau dosa. Riyadah bukanlah perkara mudah, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan muhajadah, yaitu kesungguhan dalam berusaha meninggalkan sifat-sifat buruk
2.             Tafakur (Refleksi)
Secara harfiyah ‘Tafakur’ berarti memikirkan sesuatu secara mendalam, sistematis, dan terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut iman al-Ghazali (dalam Badri, 1989), jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika sudah berubah, perilaku anggota badan juga akan berubah.
3.             Tazkiyat An-Nafs   
Secara harfiyah terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat’ dan ‘an-nafs’. Kata ‘tazkiat’, berasal dari bahasa Arab, adalah isim masdhar dari kata’zakka’ yang berarti penyucian.
Allah berfirman : (QS Asy-Syams [91]: 7-10)

وَنَفْسٍ وَّمَا سَوَّهَا (7) فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَ هَا (8) قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكَّهَا (9)

وَقَدْخَا بَ مَنْ دَسَّهَا (10)

Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orng yang mengotorinya”

Kata  ‘an-nafs’  berarti jiwa anti psikis. Dengan begitu Tazkiyat An-Nafs (penyucian jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulallah Saw.
Allah berirman : QS Al-Jumu’ah [62]: 2

هُوَالَّذِى بَعَثَ فِى الْأُ مِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوْاعَلَيْهِمْ اَيَاتِهِ وَيُزَ كِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ا لْكِتَا

بَ وَا لْحِكْمَةَ وَأِنْ كَا نُوا مِنْ قَبْلُ لَفِى ضَلاَ لٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mensucikan mereka Kitab Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesatuan yang nyata”.

4.             Dzikrullah
Istilah ‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang berarti mengisyaratkatkan, mengagumkan, menyebut atau mengingat-ingat. Berzikir kepada allah berarti zikrullah, atau mengingatkan diri kepada Allah sebagai tuhan yang disembah dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah adalah tuntunan masalah ruhiyah atau yang berhubungan dengan masalah pengalaman ruhiyah (batin). Al-Qur’an mengisyaratkan tentang dzikrullah.
Allah berfirman : QS Al-Baqarah [2]: (152)

يآَيُهَاالَّذِيْنَ آمَنُوااسْتَعِينُوابِالصَبْرِوَالصَلَوةِ اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
Artinya :
“Ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada mu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”


B.          Tokoh-Tokoh Yang Mengembangkan Tasawwuf Irfani
1.             Rabiyatul Adawiyah
Dilahirkan di basrah pada tahun 714 M. Kelahirannya, diliputi bermacam cerita  aneh-aneh. Pada malam ia lahir, dirumahnya tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun tidak ada, juga tidak ditemui sepotong kain pun tidak ditemui sepotong kain pun untuk membungkus bayi yang dilahirkan itu.
Rabiyah seorang mitisme paling terkemuka yang mengajarkan kasih sayang terhadap tuhan tanpa pamrih”aku mengabdi kepada tuhan bukan untuk mendapatkan pahala apapun, jangan takut pada neraka, jangan mendambakan surga, aku akan menjadi abdi yang tidak baik jika pengabdianku untuk mendapatkan keuntungan materi, aku mentaati Allah tanpa mengharapkan apapun itulah bukti pengabdianku pada-Nya. Rabiyah meninggal dunia di Basrah tahun 801 M, dan di makamkan di rumah di mana ia tinggal.
Ajaran-ajaran yang dianutnya:
1.    Ia mempopulerkan konsep mahabbah di kalangan para sufi
2.    Hidup zuhud dan rutin beribadah kepada Allah SWT
3.    Belum pernah menikah sepanjang hidupnya, walaupun rabbiyah seorang yang cantik dan menarik.
4.    Kehidupannya sejak awal tidak pernah merugikan orang lain. Rabbiyah adawiyah hidup tanpa di nodahi barang-barang yang subhad.
5.    Beliau memanjatkan do’a dengan syair-syair indah sebagai pembuktian rasa cinta dan rindunya kepada Allah SWT.

2.             Zunnun Al-Mishri
A.           Riwayat Hidup Zunnun Al-Mishri
Zunnul  al-mishri adalah nama julukan bagi seorang sufi yang tinggal dipertengahan abad ke-3 Hijriyah. Nama lengkapnya Abu Al-Faidl bin ibrahim Zun An-Nun al-Mishri ia dilahirkan di Ikhnim, di dataran tinggi Mesir. Zunnun al-Mishri meninggal pada tahun 246 H/856 M. Ia dimakamkan di pemakaman Asy-Syafi’i.
Sebelum al-Mishri, sebenarnya sudah ada sejumlah guru sufi, tetapi ia adalah orang pertama yang memberi tafsiran terhadap isyarat-isyarat tasawuf. Ia pun merupakan orang pertama di mesir yang berbicara tentang ahwal dan maqamat .
B.            Pandangan Tasawuf Zunnun Al-Mishri
Zunnun mengatakan bahwa sufi ialah orang yanf tidak meminta dan tidak merasa kesusahan karena ketiadaan beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arir billah adalah Allah, dan orang yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang menghayutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada Allah. Zunnun al-Mishri di anggap sebagai seorang zindiq oleh ulama-ulama Mesir pada masa itu.
Dia pun menjelaskan konsep tasawufnya yang menenonjol yaitu tentang makrifat. Zunnun al-Mishri dikenal sebagai bapak paham makrifat. Karena teorinya tentang ilmu tersebut sangat mencolok.
C.            Ajaran-Ajaran Tasawuf Al-Mishri
1.             Pengertian Makrifat Menurut Zunnun Al-Mishri
Pertama makrifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubar dapat melihat-Nya. Kedua al-Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga macam:
1.    Pengetahuan untuk seluruh umat muslim
2.    Pengetahuan khusus untuk para filosof dan ulama
3.    Pengetahuan khusus untuk para wali Allah
Menurut pengalamannya, sebelum sampai pada maqam al-Makrifat, al-Mishri melihat Tuhan melalui tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta adapun ada tanda-tanda seorang arif, menurut al-Mishri sebagai berikut:
a.    Cahaya makrifat tidak memadamkan cahaya kewaraannya
b.    Ia tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir
c.    Banyaknya niknat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan.
Menurut al-Mishri di atas menunjukkan bahwa  seseorang arif yang sempurna selalu melaksanakan perintah Allah, terikat hanya kepada-Nya, senantiasa bersamanya dalam kondisi apapun dan semakin dekat dan menyatu kepada-Nya.
2.             Pandangan Zunnun Al-Mishri tentang Maqamat dan Ahwal
Pandangan al-Mishri tentang maqamat di kemukakan pada beberapa hal yaitu, at-taubah, at-tawakkal dan ar-ridha.
Al-Mishri membagi tobat menjadi tiga bagian yaitu:
1.    Tobat dari dosa dan keburukannya
2.    Tobat dari kelalaian dan kealfaan mengingat Allah
3.    Tobat karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Berkenaan dengan maqam at-tawakkal, al-Mishri mendefinisikan sebagai ‘berhenti memikirkan diri sendiri dan mersa memiliki daya dan kekuatan’. Intinya adalah penyerahan diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Tentang ar-ridha al-Mishri mengemukakan bahwa ar-ridha adalah kegembiraan hati menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pandangan al-Mishri tentang ahwal, al-Mihri menjadikan mahabbah (cinta kepada tuhan) sebagai urutan pertama dari empat ruang lingkup pembahasan tentang tasawuf. Ketika al-Mishri di tanya tentang mahabbah, beliau menjawab: “ Mahabbah adalah mencintai apa yang di cintai Allah, membenci apa yang di benci Allah, mengerjakan secara paripurna apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala sesuatu yang akan membuat kita jauh dari Allah, tidak takut dengan apapun selain Allah, dan bersifat lembut terhadap saudara dan bersifat keras terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti jejak Rasulullah dalam segala hal”.

3.             Al-Junaid
Nama lengkapnya adalah Abu Kosim Al-Junaid bin Muhammad Al-Khazzaz Al-Nahwandi, tetapi beliau lebih di kenal dengan nama Junaid Al-Baghdadi. Al-junaid lahir di Kota Nihawand, Persia. Imam junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya. Beliau memiliki sebuah gedung di kota Baghdad. Sebagai seorang guru sufi, beliau tidak di sibukkan dengan menguruskan perniagaannya, waktu yang beliau gunakan untuk berniaga sering di singkatkan. Beliau wafat pada hari sabtu 297 H (910 M). Imam junaid wafat di sisi As-Syibli salah satu dari muridnya.
Sesuatu yang mengagumkan dari imam junaid ialah selalu menutup kedainya setelah selesai mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau kembali kerumah untuk beribadah.
1.             Ajaran Tasawuf Junaid Al-Baghdadi
Dalam masa-masa hidupnya, junaid menghadapi kendala dalam mengajarkan tasawufnya. Karena perlawanan mereka terhadap para sufi yang terjadi ketika itu, maka junaid melakukan praktik-praktik spiritual dan mengajari murid-muridnya di balik pintu terkunci.
Amalan tasawuf junaid banyak di ambil dari pengalaman-pengalaman ke tasawufannya; namun, konsep-konsep pemikiran tasawufnya masih belum tersusun secara sistematis, tetapi lebih banyak di jelaskan melalui ungkapan-ungkapan verbalnya.
Al-junaid di kenal sebagai tokoh sufi yang konsen dan memiliki pemikiran tentang makrifah. Pemikiran makrifah yang di ajarkan oleh junaid banyak di kutif oleh tokoh-tokoh sufi lainnya. Al-junaid berpendapat makrifah sebagai berikut. “makrifah ada dua macam yaitu makrifah ta’arruf dan makrifah ta’rif. Makrifah ta’arruf adalah bahwa Allah memberitahukan kepada orang banyak akan diri-Nya dan memberitahu orang banyak akan hal-hal yang menyerupai-Nya, sedangkan makrifah ta’rif adalah Allah memberitahu orang banyak bekas-bekas kekuasaannya dalam cakrawala dan dalam diri manusia, kemudian secara halus terjadilah kejadian benda-benda menunjukkan kepada orang bahwa mereka itu ada yang menciptakan, yaitu Allah SWT. Pengetahuan tentang Allah adalah pengetahuan orang-orang khawas. Semua orang tidak bisa makrifah terhadap hakikat Allah kecuali karena Allah sendiri”.
2.             Pokok-Pokok Pikiran Al-Junaid
1.    Seseorang yang sudah memahami ilmu tasawuf dan sebagai seorang sufi, harus berbudi pekerti baik dan meninggalkan yang buruk
2.    Ajaran yang memurnikan hati dan hubungannya dengan makhluk lain
3.    Seorang sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal , yaitu: melazimi zikir, mempertahankan tingkat kegairahan yang tinggi, selalu melaksanakan syariat secara ketat dan tepat.
4.    Mengalihkan perhatian dari urusan dunia pada urusan akhirat masih mudah, uzlah lebih sulit, mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam bersama Allah jauh lebih sulit.
5.    Arti tauhid menurut junaid adalah: “mengesakan Allah dengan  sesempurna ke-Esa-an, bahwa Allah Maha Esa yang tidak bereanak dan diperanakkan, tidak berbilang dan tidak tersusun, tidak ada yang serupa dengan dia dan tidak pula menyerupai sesuatu, dia Maha Mendengar dan Maha Melihat”.[2]

3.             Abu Abdul Rahman Al-Sulami
Nama lengkap al-Sulami adalah Muhammad ibn Husain ibn Muhammad ibn Musa Al-Azli yang bergelar Abu Abdurrahman Al-Sulami. Lahir tahun 325 H dan wafat pada bulan sya’ban 412 H/1012 M. Dia pakar hadis guru para sufi dan pakar sejarah dia seorang syeikh thariqah yang telah di anugrahi penguasaan berbagai ilmu hakikat dan perjalanan tasawuf.[3]
Pemikiran Al-sulami manusia akan menjadi hamba sejati kalau hamba tersebut sudah bebas / merdeka dari selain Tuhan. Kalau kehendak hati sudah menyatu dengan kehendak Allah. Maka apa saja yang di pilih Allah untuknya, hati akan menerima tanpa menentang sedikitpun (qona’ah) .[4]
Dalam konsep zikir Al-sulami berpendapat bahwa perbandingan dzikir dan faqir adalah lebih sempurna fakir, karena kebenaran itu di berikan oleh dzikir bukan oleh fakir dalam proses pembukaan kerohanian. Ada beberapa tingkatan dzikir yaitu, dzikir lidah, dzikir hati, dzikir sir (rahasia), dzikir ruh. [5]
BAB III
PENUTUP
A.           Kesimpulan
Tasawuf irfani adalah tasawuf yang berusaha yang menyikap hakikat kebenaran atau makrifah di peroleh dengan tidak melalui logika atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan secara langsung. Pemikiran dari masing-masing tokoh tasawuf irfani berbeda-beda di lihat dari cara pandang mereka, latar belakang tokoh dan pemikirannya dan kita dapat mengkajinya untuk menambah ilmu pengetahuan. 
DAFTAR PUSTAKA
Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012
Bangun Nasution, Ahmad. Akhlak Tasawu. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2015
Kafi, Jamaluddin, Tasawuf Kontemporer. Prenduan: al-Amin, 2003
Safiri, Sara, Demikian Kaum Sufi Berbicara. Bandung: Pustaka Budaya,2000
Asmaran, Pengantar Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010
[1] Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset, 2012), hlm. 92-93
2] Ahmad Bangun Nasution & Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO Persada, 2015), hlm.28-217
[3] Jamaluddin Kafi, Tasawuf Konterporer, (Prenduan: al-Amin, 2003), hlm. 10-11
[4] Sara Saviri, Demikianlah Kaum Sufi Berbicara, (Bandung: Pustaka Budaya, 2000), hlm. 23
[5] Asmaran, Pengantar tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 258 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

TASAWUF FALSAFI : KONSEP DAN TOKOHNYA

TASAWUF DI INDONESIA DAN TOKOHNYA MAKALAH