TASAWWUF IRFANI KONSEP DAN TOKOHNYA
TASAWWUF IRFANI
KONSEP DAN TOKOHNYA
MAKALAH
Di susun untuk
memenuhi tugas mata kuliah Ahklak Tasawwuf yang diampu oleh Bapak Drs. Moch
Cholid Wardi, M.H.I
Oleh :
Faridatul Hasanah
Sitti Lutfiyah Astutik
Ulfa Sakiyah
Dwi Rizky
Imaniyah
PROGRAM
STUDI PERBANKAN SYARI’AH
JURUSAN
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
PAMEKASAN2017
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum, Wr. Wb.
Bismillahirrohmanirrohiim.
Alhamdulillahi
rabbil alamin.
Puji syukur marilah
kita panjatkan kehadirat Allah SWT. Serta semoga shalawat dan salam tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Penyakit hati dan obatnya”.
Penyusun
menyadari tanpa bantuan dari semua pihak, penulisan makalah ini mungkin tidak
akan terlaksana. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terimakasih kepada:
1.
Moch.
Cholid Wardi, M.H.I selaku dosen pengampu yang telah memberikan pengarahan dan
koreksi sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai waktu yang telah
ditentukan.
2.
Teman
teman semua yang telah memberikan motivasinya serta semua pihak yg telah membantu
terselesainya penyusunan makalah ini.
Penyusun menyadari
masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penyusunan makalah ini, karena
keterbatasan kemampuanyang penyusun miliki. Oleh karena itu, penyusun mohon
kritik dan sarannya. Demikian, Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi semuanya.
Amiin. Yaa
robbal’aalamiin.
Wassalamu’alaikum,
wr. wb.
Pamekasan,
20 September 2017
Kelompok
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
a) Latar
belakang masalah.................................................................................. 1
b) Rumusan
masalah........................................................................................... 1
c) Tujuan............................................................................................................ 2
d) Manfaat
......................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
penyakit hati................................................................................. 3
B. Macam
macam penyakit hati.......................................................................... 3
C.
Obat obat penyakit
hati……………………………………………………...6
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan………………………………………………………………….8
B.
Saran………………………………………………………………………...8
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………..9
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Tasawuf
merupakan salah satu khazanah dalam islam yang datang dalam kemudian.
Keberadaannya memiliki epistimologi tersendiri dibanding keilmuan lain semisal
fiqih dan kalam. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mendekatkan dirikepada
Allah swt. Dengan serangkain perbuatan tertentu yang dapat dicapai oleh
seseorang jika melaluinya.
Sebagai
sebuah ajaran tasawuf muncul pada zaman rasulullah saw.sebab misi kerasulannya
meliputi ajaran-ajaran yang berkaitan dengan keyakinan (aqidah), ibadah dan
akhlak. Akhlak sebagian ajaran rasulullah saw. Ditanamkan kepada seluruh
sahabat beliau dengan melalui pengajaran dan pembinaan yang disertai dengan
contoh dari beliau. Ajaran akhlak itulah yang nantinya yang akan menjadi ajaran-ajaran
tasawuf yang diamalkan oleh kaum muslis khususnya kaum sufi. Dari ayat-ayat
alqur’an itulah rasulullah mengajarkan tasawuf kepada umatnya sebagai penjelasan ayat-ayat alqu’an itulah
rasullullah mengajarkan tasawuf pada umatnya. Sebagai penjelasan ayat-ayat
alqur’an itulah beliau menuntun akhlak para sahabatnya baik dengsn perkataan,
maupun perbuatan beliau. Kemudian pada masa sahabat semua perilaku para sahabat
merupakan para kelanjutan dan upaya mencontoh perilaku dan kepribadian
rasullullah saw.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian tasawuf irfani ?
2.
Siapa
tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfani ?
C.
Tujuan
1.
Mengetahui
pengertian tasawuf irfan
2.
Mengetahui
tokoh-tokoh yang mengembangkan tasawuf irfan
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Tasawwuf Irfani
Tasawwuf irfani adalah tasawwuf yang berusaha
menyingkapi hakikat kebenaran atau makrifat yang diperoleh dengan tidak melalui
logika atau pembelajaran atau pemikiran, tetapi melalui pemberian Tuhan (mauhibah).
Ilmu itu diperoleh karena seorang sufi berupaya melakukan tafsiat al-Qolb.
Dengan hati yang suci seseorang dapat berdialog secara batin dengan tuhan.
Sehingga pengetahuan atau makrifat dimasukkan Allah kedalam hatinya, hakikat
kebenaran tersingkap lewat ilham (intuisi).
Murtadha
Mutahahhri berpendapat bahwa irfan sebagai ilmu memiliki dua aspek: praktis dan
teoritis. Aspek praktis ‘irfani adalah bagian yang menjelaskan hubungan
dan pertanggung jawaban manusia terhadap dirinya, dunia dan Tuhan. Irfan
praktis juga disebut as-Sair wa as-Suluk. Bagian ini menjelaskan bagaimana
seorang salik mengawali perjalanan, menempuh maqamat secara
sistematis, dan keadaan jiwa yang akan dialami sepanjang perjalanannya
tersebut. Untuk tujuan perjalanan ini, menurut mutahahhri, sangatlah penting
dibawah bimbingan guru yang benar-benar telah mengalami sendiri perjalanan ini
dan sangat mengetahui prosedur setiap tahap tanpa bimbingan seorang mursyid.
Sedangkan irfan
teoritis memfokuskan perhatiannya pada masalah wujud secara ontologis.
Mendiskusikan manusia, Tuhan alam semesta. Dengan demikian irfan ini yang juga
memberikan penjelasan tentang wujud. Seperti halnya filsafat, ‘irfan
juga mendefinisikan berbagai prinsip dan problemannya. Dalam pandangan seorang
arif kesempurnaan manusia tidaklah terletak pada gambaran mental yang utuh
tentang alam semesta, tetapi terletak pada kemampuan untuk kembali kepada
sumber segala sesuatu, kemampuan untuk mengatasi jarak antara dirinya dengan
Zat Tuhan, dan dalam dekapannya untuk meleburkan diri hingga ia menjadi abadi
dalam ketakterhinggaaan-Nya.
Tokoh yang
mengembangkan tasawwuf ‘irfani yaitu: Rabi’ah al-Adawiyah (96 H.-185
H.), Dzunnun al-Misri (180 H.-246 H.), Junaid al-Bagdadi (W. 297 H.), Abu Yazid
al-Bustami (200 H.-261 H.), Jalaluddin Rumi, Ibn ‘Arabi, Abu Bakar As-Syibli,
Syekh Abu Hasan al-Khurqain, ‘Ain al-Qudhat al-Hamdani, Abu Aadul Rahman
Al-Sulami, Syekh Najmuddin al-Kubra dan lain-lainnya.[1]
Berikut ini penjelasan masing-masing
bagian dari metode irfani:
1.
Riyadhah
Riyadhah adalah latihan kejiwaan melalui upaya membiasakan diri
agar tidak melakukan perihal yang mengotori jiwanya. Suatu pembiasaan itu
dilakukan terus-menerus secara rutin sehingga seseorang benar-benar terlatih,
khususnya dalam menahan diri agar jauh dari berbuat maksiat atau dosa. Riyadah
bukanlah perkara mudah, sehingga dalam pelaksanaannya diperlukan muhajadah,
yaitu kesungguhan dalam berusaha meninggalkan sifat-sifat buruk
2.
Tafakur
(Refleksi)
Secara
harfiyah ‘Tafakur’ berarti memikirkan sesuatu secara mendalam,
sistematis, dan terperinci (Gulen, 2001: 34). Menurut iman al-Ghazali (dalam
Badri, 1989), jika ilmu sudah sampai pada hati, keadaan hati akan berubah, jika
sudah berubah, perilaku anggota badan juga akan berubah.
3.
Tazkiyat
An-Nafs
Secara
harfiyah terdiri dari dua kata, yaitu ‘tazkiyat’ dan ‘an-nafs’. Kata
‘tazkiat’, berasal dari bahasa Arab, adalah isim masdhar dari kata’zakka’
yang berarti penyucian.
Allah berfirman : (QS Asy-Syams [91]: 7-10)
وَنَفْسٍ
وَّمَا سَوَّهَا (7) فَاَ لْهَمَهَا فُجُوْرَهَا وَتَقْوَ هَا (8) قَدْ اَفْلَحَ
مَنْ زَكَّهَا (9)
وَقَدْخَا
بَ مَنْ دَسَّهَا (10)
Artinya:
“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Allah
mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sesungguhnya
beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orng
yang mengotorinya”
Kata ‘an-nafs’ berarti jiwa anti psikis. Dengan begitu Tazkiyat
An-Nafs (penyucian jiwa) merupakan salah satu tugas yang diemban Rasulallah
Saw.
Allah
berirman : QS Al-Jumu’ah [62]: 2
هُوَالَّذِى
بَعَثَ فِى الْأُ مِّيِّينَ رَسُولاً مِّنْهُمْ يَتْلُوْاعَلَيْهِمْ اَيَاتِهِ
وَيُزَ كِّيْهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ ا لْكِتَا
بَ
وَا لْحِكْمَةَ وَأِنْ كَا نُوا مِنْ قَبْلُ لَفِى ضَلاَ لٍ مُّبِينٍ
Artinya:
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul
diantara mereka, yang membacakan ayat-ayatnya kepada mereka, mensucikan mereka
Kitab Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam
kesatuan yang nyata”.
4.
Dzikrullah
Istilah
‘zikr’ berasal dari bahasa Arab, yang berarti mengisyaratkatkan,
mengagumkan, menyebut atau mengingat-ingat. Berzikir kepada allah berarti
zikrullah, atau mengingatkan diri kepada Allah sebagai tuhan yang disembah
dengan sebaik-baiknya. Dzikrullah adalah tuntunan masalah ruhiyah atau yang
berhubungan dengan masalah pengalaman ruhiyah (batin). Al-Qur’an mengisyaratkan
tentang dzikrullah.
Allah berfirman
: QS Al-Baqarah [2]: (152)
يآَيُهَاالَّذِيْنَ
آمَنُوااسْتَعِينُوابِالصَبْرِوَالصَلَوةِ اِنَّ اللهَ مَعَ الصَّبِرِيْنَ
Artinya :
“Ingatlah kamu
kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepada mu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan
janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”
B.
Tokoh-Tokoh
Yang Mengembangkan Tasawwuf Irfani
1.
Rabiyatul
Adawiyah
Dilahirkan di
basrah pada tahun 714 M. Kelahirannya, diliputi bermacam cerita aneh-aneh. Pada malam ia lahir, dirumahnya
tidak ada apa-apa, bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun tidak ada, juga
tidak ditemui sepotong kain pun tidak ditemui sepotong kain pun untuk
membungkus bayi yang dilahirkan itu.
Rabiyah seorang
mitisme paling terkemuka yang mengajarkan kasih sayang terhadap tuhan tanpa
pamrih”aku mengabdi kepada tuhan bukan untuk mendapatkan pahala apapun, jangan
takut pada neraka, jangan mendambakan surga, aku akan menjadi abdi yang tidak
baik jika pengabdianku untuk mendapatkan keuntungan materi, aku mentaati Allah
tanpa mengharapkan apapun itulah bukti pengabdianku pada-Nya. Rabiyah meninggal
dunia di Basrah tahun 801 M, dan di makamkan di rumah di mana ia tinggal.
Ajaran-ajaran yang dianutnya:
1.
Ia
mempopulerkan konsep mahabbah di kalangan para sufi
2.
Hidup
zuhud dan rutin beribadah kepada Allah SWT
3.
Belum
pernah menikah sepanjang hidupnya, walaupun rabbiyah seorang yang cantik dan
menarik.
4.
Kehidupannya
sejak awal tidak pernah merugikan orang lain. Rabbiyah adawiyah hidup tanpa di
nodahi barang-barang yang subhad.
5.
Beliau
memanjatkan do’a dengan syair-syair indah sebagai pembuktian rasa cinta dan
rindunya kepada Allah SWT.
2.
Zunnun
Al-Mishri
A.
Riwayat
Hidup Zunnun Al-Mishri
Zunnul al-mishri adalah nama julukan bagi seorang
sufi yang tinggal dipertengahan abad ke-3 Hijriyah. Nama lengkapnya Abu
Al-Faidl bin ibrahim Zun An-Nun al-Mishri ia dilahirkan di Ikhnim, di dataran
tinggi Mesir. Zunnun al-Mishri meninggal pada tahun 246 H/856 M. Ia dimakamkan
di pemakaman Asy-Syafi’i.
Sebelum
al-Mishri, sebenarnya sudah ada sejumlah guru sufi, tetapi ia adalah orang
pertama yang memberi tafsiran terhadap isyarat-isyarat tasawuf. Ia pun merupakan
orang pertama di mesir yang berbicara tentang ahwal dan maqamat .
B.
Pandangan
Tasawuf Zunnun Al-Mishri
Zunnun
mengatakan bahwa sufi ialah orang yanf tidak meminta dan tidak merasa kesusahan
karena ketiadaan beliau mengatakan bahwa akhlak seorang Arir billah adalah
Allah, dan orang yang arif selalu akan bersifat seperti sifat-sifat Tuhan dan
selalu menjaga perilakunya agar tidak terjebak dalam kenistaan dunia yang
menghayutkan dan menghinakan orang yang dekat kepada Allah. Zunnun al-Mishri di
anggap sebagai seorang zindiq oleh ulama-ulama Mesir pada masa itu.
Dia pun
menjelaskan konsep tasawufnya yang menenonjol yaitu tentang makrifat. Zunnun
al-Mishri dikenal sebagai bapak paham makrifat. Karena teorinya tentang ilmu
tersebut sangat mencolok.
C.
Ajaran-Ajaran
Tasawuf Al-Mishri
1.
Pengertian
Makrifat Menurut Zunnun Al-Mishri
Pertama
makrifat adalah mengetahui Tuhan dari dekat sehingga hati sanubar dapat
melihat-Nya. Kedua al-Mishri membagi pengetahuan tentang Tuhan menjadi tiga
macam:
1.
Pengetahuan
untuk seluruh umat muslim
2.
Pengetahuan
khusus untuk para filosof dan ulama
3.
Pengetahuan
khusus untuk para wali Allah
Menurut
pengalamannya, sebelum sampai pada maqam al-Makrifat, al-Mishri melihat Tuhan
melalui tanda-tanda kebesaran-Nya di alam semesta adapun ada tanda-tanda
seorang arif, menurut al-Mishri sebagai berikut:
a.
Cahaya
makrifat tidak memadamkan cahaya kewaraannya
b.
Ia
tidak berkeyakinan bahwa ilmu batin merusak hukum lahir
c.
Banyaknya
niknat Tuhan tidak mendorongnya menghancurkan tirai-tirai larangan.
Menurut
al-Mishri di atas menunjukkan bahwa
seseorang arif yang sempurna selalu melaksanakan perintah Allah, terikat
hanya kepada-Nya, senantiasa bersamanya dalam kondisi apapun dan semakin dekat
dan menyatu kepada-Nya.
2.
Pandangan
Zunnun Al-Mishri tentang Maqamat dan Ahwal
Pandangan
al-Mishri tentang maqamat di kemukakan pada beberapa hal yaitu, at-taubah,
at-tawakkal dan ar-ridha.
Al-Mishri
membagi tobat menjadi tiga bagian yaitu:
1.
Tobat
dari dosa dan keburukannya
2.
Tobat
dari kelalaian dan kealfaan mengingat Allah
3.
Tobat
karena memandang kebaikan dan ketaatannya.
Berkenaan
dengan maqam at-tawakkal, al-Mishri mendefinisikan sebagai ‘berhenti memikirkan
diri sendiri dan mersa memiliki daya dan kekuatan’. Intinya adalah penyerahan
diri sepenuhnya kepada Allah disertai perasaan tidak memiliki kekuatan.
Tentang
ar-ridha al-Mishri mengemukakan bahwa ar-ridha adalah kegembiraan hati
menyambut ketentuan Tuhan baginya. Pandangan al-Mishri tentang ahwal,
al-Mihri menjadikan mahabbah (cinta kepada tuhan) sebagai urutan pertama
dari empat ruang lingkup pembahasan tentang tasawuf. Ketika al-Mishri di tanya
tentang mahabbah, beliau menjawab: “ Mahabbah adalah mencintai apa yang di
cintai Allah, membenci apa yang di benci Allah, mengerjakan secara paripurna
apa yang diperintahkan, dan meninggalkan segala sesuatu yang akan membuat kita
jauh dari Allah, tidak takut dengan apapun selain Allah, dan bersifat lembut
terhadap saudara dan bersifat keras terhadap musuh-musuh Allah, dan mengikuti
jejak Rasulullah dalam segala hal”.
3.
Al-Junaid
Nama
lengkapnya adalah Abu Kosim Al-Junaid bin Muhammad Al-Khazzaz Al-Nahwandi,
tetapi beliau lebih di kenal dengan nama Junaid Al-Baghdadi. Al-junaid lahir di
Kota Nihawand, Persia. Imam junaid adalah seorang ahli perniagaan yang berjaya.
Beliau memiliki sebuah gedung di kota Baghdad. Sebagai seorang guru sufi,
beliau tidak di sibukkan dengan menguruskan perniagaannya, waktu yang beliau
gunakan untuk berniaga sering di singkatkan. Beliau wafat pada hari sabtu 297 H
(910 M). Imam junaid wafat di sisi As-Syibli salah satu dari muridnya.
Sesuatu
yang mengagumkan dari imam junaid ialah selalu menutup kedainya setelah selesai
mengajar murid-muridnya. Kemudian beliau kembali kerumah untuk beribadah.
1.
Ajaran
Tasawuf Junaid Al-Baghdadi
Dalam
masa-masa hidupnya, junaid menghadapi kendala dalam mengajarkan tasawufnya.
Karena perlawanan mereka terhadap para sufi yang terjadi ketika itu, maka
junaid melakukan praktik-praktik spiritual dan mengajari murid-muridnya di
balik pintu terkunci.
Amalan
tasawuf junaid banyak di ambil dari pengalaman-pengalaman ke tasawufannya;
namun, konsep-konsep pemikiran tasawufnya masih belum tersusun secara
sistematis, tetapi lebih banyak di jelaskan melalui ungkapan-ungkapan
verbalnya.
Al-junaid
di kenal sebagai tokoh sufi yang konsen dan memiliki pemikiran tentang
makrifah. Pemikiran makrifah yang di ajarkan oleh junaid banyak di kutif oleh
tokoh-tokoh sufi lainnya. Al-junaid berpendapat makrifah sebagai berikut.
“makrifah ada dua macam yaitu makrifah ta’arruf dan makrifah ta’rif. Makrifah
ta’arruf adalah bahwa Allah memberitahukan kepada orang banyak akan diri-Nya
dan memberitahu orang banyak akan hal-hal yang menyerupai-Nya, sedangkan
makrifah ta’rif adalah Allah memberitahu orang banyak bekas-bekas kekuasaannya
dalam cakrawala dan dalam diri manusia, kemudian secara halus terjadilah
kejadian benda-benda menunjukkan kepada orang bahwa mereka itu ada yang
menciptakan, yaitu Allah SWT. Pengetahuan tentang Allah adalah pengetahuan
orang-orang khawas. Semua orang tidak bisa makrifah terhadap hakikat Allah
kecuali karena Allah sendiri”.
2.
Pokok-Pokok
Pikiran Al-Junaid
1. Seseorang yang sudah memahami ilmu tasawuf dan sebagai seorang
sufi, harus berbudi pekerti baik dan meninggalkan yang buruk
2. Ajaran yang memurnikan hati dan hubungannya dengan makhluk lain
3.
Seorang
sufi harus dapat melaksanakan tiga rukun amal , yaitu: melazimi zikir,
mempertahankan tingkat kegairahan yang tinggi, selalu melaksanakan syariat
secara ketat dan tepat.
4.
Mengalihkan
perhatian dari urusan dunia pada urusan akhirat masih mudah, uzlah lebih sulit,
mengekang hawa nafsu untuk dapat tenggelam bersama Allah jauh lebih sulit.
5.
Arti
tauhid menurut junaid adalah: “mengesakan Allah dengan sesempurna ke-Esa-an, bahwa Allah Maha Esa
yang tidak bereanak dan diperanakkan, tidak berbilang dan tidak tersusun, tidak
ada yang serupa dengan dia dan tidak pula menyerupai sesuatu, dia Maha
Mendengar dan Maha Melihat”.[2]
3.
Abu
Abdul Rahman Al-Sulami
Nama lengkap
al-Sulami adalah Muhammad ibn Husain ibn Muhammad ibn Musa Al-Azli yang
bergelar Abu Abdurrahman Al-Sulami. Lahir tahun 325 H dan wafat pada bulan
sya’ban 412 H/1012 M. Dia pakar hadis guru para sufi dan pakar sejarah dia
seorang syeikh thariqah yang telah di anugrahi penguasaan berbagai ilmu hakikat
dan perjalanan tasawuf.[3]
Pemikiran
Al-sulami manusia akan menjadi hamba sejati kalau hamba tersebut sudah bebas /
merdeka dari selain Tuhan. Kalau kehendak hati sudah menyatu dengan kehendak
Allah. Maka apa saja yang di pilih Allah untuknya, hati akan menerima tanpa
menentang sedikitpun (qona’ah) .[4]
Dalam konsep
zikir Al-sulami berpendapat bahwa perbandingan dzikir dan faqir adalah lebih
sempurna fakir, karena kebenaran itu di berikan oleh dzikir bukan oleh fakir
dalam proses pembukaan kerohanian. Ada beberapa tingkatan dzikir yaitu, dzikir
lidah, dzikir hati, dzikir sir (rahasia), dzikir ruh. [5]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tasawuf
irfani adalah tasawuf yang berusaha yang menyikap hakikat kebenaran atau
makrifah di peroleh dengan tidak melalui logika atau pemikiran, tetapi melalui
pemberian Tuhan secara langsung. Pemikiran dari masing-masing tokoh tasawuf
irfani berbeda-beda di lihat dari cara pandang mereka, latar belakang tokoh dan
pemikirannya dan kita dapat mengkajinya untuk menambah ilmu pengetahuan.
DAFTAR
PUSTAKA
Alba, Cecep. Tasawuf dan Tarekat. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2012
Bangun Nasution, Ahmad. Akhlak Tasawu. Jakarta: Rajagrafindo
Persada, 2015
Kafi, Jamaluddin, Tasawuf Kontemporer. Prenduan: al-Amin,
2003
Safiri, Sara, Demikian Kaum Sufi Berbicara. Bandung: Pustaka
Budaya,2000
Asmaran, Pengantar Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia, 2010
[1] Cecep Alba, Tasawuf dan Tarekat, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2012), hlm. 92-93
2] Ahmad Bangun Nasution & Rayani Hanum Siregar, Akhlak Tasawuf,
(Jakarta: PT RAJAGRAFINDO Persada, 2015), hlm.28-217
[3] Jamaluddin Kafi, Tasawuf Konterporer, (Prenduan: al-Amin, 2003), hlm.
10-11
[4] Sara Saviri, Demikianlah Kaum Sufi Berbicara, (Bandung: Pustaka
Budaya, 2000), hlm. 23
[5] Asmaran, Pengantar tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003),
hlm. 258
Komentar
Posting Komentar